Jumat, 20 Desember 2019

REAKSI OKSIDASI DAN ELIMINASI ALKOHOL


ABSTRAK




Telah dilakukan percobaan dengan judul reaksi oksidasi dan eliminasi alkohol yang bertujuan untuk menentukan sifat-sifat dari reaksi oksidasi dan eliminasi dari alkohol primer, alkohol sekunder dan alkohol tersier. Pada reaksi oksidasi alkohol dihasilkan gugus baru yaitu aldehid dan keton, pada reaksi eliminasi dan menghasilkan alkena.

















BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Alkohol merupakan suatu senyawa organik yang mempunyai gugus fungsi hidroksil ( -OH ). Alkohol secara umum dilaboratorium dapat dioksidasi berdasarkan jenisnya, apakah alkohol primer atau alkohol sekunder. Alkohol primer dioksidasi menjadi asam karboksilat dan alkohol sekunder menjadi keton. Alkohol tersier dalam suasana asam dan basa tidak dapat dioksidasi, akan tetapi jika suasana asam alkohol tersier mengalami dehidrasi dan kemudian alkenanya yang teroksidasi.

Oksidasi alkohol memerlukan oksidator antara lain KmnO4, HNO3 pekat dan panas atau asam kromat, H2CrO4. alkohol primer mula-mula dioksidasi dulu menjadi aldehida dan zat ini lebih mudah dioksidasi dari pada alkohol, oleh karena itu biasanya oksidasi tidak berhenti melainkan terus menerus menjadi asam karboksilat.



















1.2  Tujuan Percobaan
Menentukan sifat-sifat reaksi oksidasi dan eliminasi dari alkohol primer, sekunder dan tersier


BAB II
DASAR TEORI

Semua alkohol mudah bereaksi dengan HBr dan HI menghasilkan alkil bromida dan alkil iodida. Alkohol tersier, alkohol benzetik dan alkohol alitik juga mudah bereaksi dengan HCl tetapi alkohol primer juga sekunder kurang reaktif dan memerlukan bantuan ZnCl2 tak berair atau katalis yang serupa agar bereaksi dengan HCl yang kurang reaktif ini dalam waktu yang tak tertentu lama (Fessenden, 1982).

Ada beberapa jenis reaksi diantaranya reaksi pergantian  reaksi eliminasi, contoh lain dari reaksi adisi yaitu reaksi hidrasi. Seperti tersirat dari namanya, hidrasi melibatkan adisi air pada ikatan ganda dua. Hasil reaksi hidrasi adalah baik alkohol maupun fenol dapat dibuat melalui reaksi pergantian. Walaupun kondisi beragam, dalam setiap kasus ion hidroksida menggantikan halogen yang terikat pada atom karbon, sehingga menghasilkan alkohol atau fenol ( Siregar, 1998 ).

Alkohol dapat didefinisikan dengan memanaskannya bersama asam kuat, contohnya, bila atanol dipanaskan  pada suhu 1800C dengan sedikit asam sulfat pekat diperoleh etuena dengan rendemen yang baik. Jenis reaksi ini, yang dapat digunakan untuk membuat alkena merupakan kebalikan dari reaksi hidrasi ( Pine, 1998 ).








BAB III
METODELOGI PENELITIAN


3.1    Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah tabung reaksi dan raknya, pembakar gas (lampu spiritus).
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah etanol, sekunder butanol, larutan K2Cr2O7, asam sulfat pekat.

3.2    Cara Kerja
1.      Oksidasi Alkohol
Dimasukkan 1 ml etanol ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan dengan 1 ml K2Cr2O7. Kemudian ditambahkan lagi larutan H2SO4 pekat 5 tetes melalui dinding tabung reaksi. Kemudian dipanaskan dengan hati-hati dan diamati serta dicatat perubahan warna dan bau. Diulangi cara kerja tersebut dengan menggantikan etanol dengan sekunder butil alkohol dan kemudian tersier butyl alkohol.
2.      Eliminasi Alkohol
Dimasukkan 1 ml sekunder butyl alkohol ke dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan 5 tetes asam sulfat melalui dinding tabung reaksi. Kemudian dipanaskan  dengan hati-hati. Diuji hasil reaksi dengan 10 tetes air brom (air klor). Kemudian dicatat perubahan warna yang terjadi pada air brom.






BAB IV
DATA HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN


4.1 Data Hasil Pengamatan


Reaksi
Pengamatan
oksidasi alcohol

C2H5OH +  K2Cr2O7 + H2SO4
Warna hijau kehitaman
Warna hijau kehitaman
( CH3 )2CHOH +  K2Cr2O7 + H2SO4
Eliminasi alkohol

( CH3 )2COH +  H2SO4 + Br2
Warna orange


4.2 Pembahasan

            Penambahan kalium kromat pada setiap larutan alcohol di percobaan aksidasi alcohol sebagai penambah warna sehingga perubahan warna yang menandai telah terjadinya reaksi kimia juga sebagai katalis pengoksidasi. Asam sulfat adalah zat asam yang bekerja sebagai zat pengoksidasi yang baik dalam oksidasi pada alcohol, asam sulfat menyebabkan terbentuknya ikatan rangkap pada karbon alpa yang berikatan pada oksigen pada asam. Pada reaksi oksidasi alcohol terbentuk gugus baru yaitu aldehid asam karboksilat dan keton, ketiga zat tersebut mamiliki gugus yang sama yaitu R-C=O.

            Pada reaksi eliminasi alcohol, alcohol sekunder direaksikan dengan asam karboksilat yang diaktifkan dengan panas sehingga alcohol teroksidasi. Hal ini ditandai dengan berubahnya warna alcohol. Larutan hasil oksidasi alcohol sekunder dengan asam sulfat selanjutnya diuji dengan air brom yang bewarna keruh. Diharapkan oksidasi alcohol tersebut dapat disubstitusi oleh halide yaitu brom. Reaksi tersebut menunjukan bahwa oksidasi alcohol yang lalu adalah suatu senyawa yang tak jenuh yang ditandai dengan berubahnya warna oksidasi alcohol menjadi warna semula yaitu warna bening.

             
BAB V
KESIMPULAN


          Berdasarkan percobaan yang dilakukan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu sebagai berikut :

1.      Reaksi oksidasi alcohol primer dengan asam sulfat akan menghasilkan suatu aldehid.
2.      Reaksi alcohol sekunder dengan asam sulfat akan menghasilkan keton.
3.      Berubahnya warna kembali kewarna semula pada reaksi eliminasi alcohol dengan reagen suatu halide menunjukan bahwa alcohol tersebut memiliki ikatan tak jenuh.



DAFTAR PUSTAKA



Fessenden, 1982, Kimia Organik, Erlangga, Jakarta

Siregar, 1998, Dasar-Dasar Kimia Organik, Depdikbud, Jakarta

Pine, 1998, Kimia Organik II, Erlangga, Jakarta

Minggu, 02 April 2017

laporan kimia anorganik sifat kimia senyawa klor

ABSTRAK
Telah dilakukan percobaan dengan judul “Sifat Kimia Senyawa Klor” yang bertujuan untuk mengetahui kelarutan dan stabilitas klorida, mengetahui pembentukan kompleks logam transisi dengan ion klorida serta mengetahui daya oksidasi ion ClO-. Prinsip percobaan yaitu analisa kualitatif dengan melihat ada atau tidaknya reaksi berupa perubahan warna dan terbentuknya endapan. Hasil yang diperoleh yaitu uji kelarutan dan stabilitas garam klorida terbentuk endapan putih keruh, uji kompleks logam transisi dengan ion Cl- terjadi perubahan warna dan terbentuk endapan, uji lakmus mengakibatkan perubahan warna lakmus merah menjadi biru dan lakmus biru tetap berwarna biru, reaksi dengan AgNO3 terbentuk endapan putih dan uji daya oksidasi ion ClO- terbentuk endapan coklat. Kesimpulan yang diperoleh yaitu Cl- dan NaOCl positif bersifat basa dan OCl- bersifat oksidator lebih kuat daripada Cl-.


BAB I
PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
Limbah yang terkandung klorin dapat berupa padatan, cairan, maupun gas. Limbah ini dapat mencemari lingkungan apabila tidak diolah. Klorin bersifat sangat reaktif sehingga menyebabkan mudah bereaksi dengan senyawa lain mengahsilkan senyawa baru seperti organoklorin. Penggunaan klorin dapat digantikan dengan alternatif lain dalam industri-industri seperti pada pengolahan air minum yaitu klorinasi air digantikan dengan ozonisasi proses membran ultraviolet.
Pemanfaatan bahan kimia untuk kegiatan pertanian seperti penggunaan pestisida dapat mengakibatkan pencemaran klor. Kandungan klor dalam jumlah layak dibutuhkan sebagai desinfektan akan tetapi apabila diketahui dalam jumlah yang besar akan menyebabkan racun bagi tubuh. Apabila kandungan klor terdapat dalam air minum akan membahayakan kesehatan. Salah satu cara menghilangkan klor dari air minum yaitu menggunakan resin penukar anion.
Klor dapat diperoleh melalui elektrilisis air laut dengan menggunakan anoda air raksa. Klor oksida reaktif dan sangat tidak stabil sehingga cenderung meledak. Oksida klor merupakan pengoksidasi yang kuat dan digunakan secara komersial untuk memutihkan gugus kayu dan sebgainya. Percobaan ini penting dilakukan untuk mengetahui sifat-sifat klor yang seperti kelarutan, stabilitas, pembentukan kompleks dan daya oksidasi ion ClO-.

1.2     Tujuan Percobaan
 Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui kelarutan dan stabilitas klorida, mengetahui pembentukan kompleks logam transisi dengan ion klorida serta mengetahui daya oksidasi ion ClO-.


BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
Klorida adalah ion yang terbentuk sewaktu unsur klor mendapatkan satu elektron untuk membentuk suatu anion (ion bermuatan negatif) Cl-. Garam dari asam klorida (HCl) mengandung ion klorida, contohnya adalah garam dapur, yang disebut Natrium klorida dengan rumus kimia NaCl. Senyawa klorida didalam air terpecah menjadi ion Na+ dan Cl-. Klorida dalam senyawa kimia memiliki satu atau lebih atom klornya memiliki ikatan kovalen dalam molekul, ini berarti klorida dapat berupa senyawa anorganik maupun organik. Contoh paling sederhana dari suatu klorida anorganik adalah asam klorida (HCl), sedangkan contoh sederhana senyawa organik (suatu atau organoklorida) adalah klorometana (CH3Cl), sering disebut metil klorida. Klorida adalah ion dari unsur klor yang bermuatan negatif yang mudah berikatan dengan unsur lain. Klorida mudah diserap di usus kecil dan disingkirkan juga dengan mudah oleh organ ginjal. Apabila kondisi memerlukan klorida, ginjal dapat menyimpannya guna menjaga keseimbangan dan regulasi kadar keasaman tubuh. Klorida bersama potasium juga ditemukan dalam sistem pernafasan manusia. Berkeringat berlebihan yang bisa membuang potasium tubuh juga ternyata mengurangi kadar klorida secara signifikan. Hal ini bisa menyebabkan terjadinya defisiensi potasium dan klorida secara berbarengan. Klorida paling mudah ditemukan dalam bentuk garam yang kita konsumsi dari makanan ataupun tambahan garam waktu kita mengolah makanan. Garam dapur dan garam meja keduanya memiliki kandungan klorida yang sangat tinggi, sekitar 6 kali lebih besar dari kebutuhan minimal klorida manusia sudah dicukupi oleh keberadaan garam dalam pola makan normal sehari-hari (Rohman, 2007).
Klorin adalah bahan kimia yang penting untuk beberapa proses penurunan air, penjangkitan dan dalam pelunturan. Klorin merupakan salah satu zat desinfektan yang sering digunakan dalam pengolahan air minum. Zat kimia lain yang dapat digunakan sebagai desinfektan adalah ozon (O3), klordioksidan, dan sebagainya. Dua faktor penting yang mempengaruhi proses desinfektan adalah waktu reaksi dan konsentrasi zat desinfektan. Klorin hanya memberikan efek pada konsentrasi tinggi. Kenyataannya, zat tersebut dibutuhkan karena alasan ini (Harjadi, 1989).
Unsur-unsur halogen dapat diidentifikasi melalui warna dan sifatnya. Misalnya Cl, berupa gas warna kuning kehijauan pada suhu kamar, nonpolar, kelarutan dalam air kecil dan larut dalam pelarut nonpolar seperti heksana. Semua halogen dapat mengoksidasi air menjadi gas O2 dan bukan merupakan oksidator kuat. Larutan halogen tidak stabil karena cendrung mengalami autooksidasi dan autoreduksi, proses ini disebut dengan disproporsinasi:
Cl2(aq) + H2O(l) → Cl-(aq) + HCl(aq) + H+(aq)
Pemutih klorin (bleaching agent) mengandung larutan hipoklorit (NaClO). Ion ClO merupakan suatu oksidator, daya oksidasinya sama dengan klorin namun ion ClO berbeda dengan Cl- sebab asam hipoklorit. HClO adalah asam lemah dan ion ClO adalah basa yang cukup kuat sedangkan Cl- mempunyai sifat netral dan merupakan basa konjugat dari HCl kuat. Ion klorida membentuk endapan dengan ion-ion Ag+, Pb2+ dan Hg2+, berperan sebagai ligan dalam pembentukan kompleks yang diamati melalui perubahan warna dan melarutnya endapan atau padatan Klorin secara alami berbentuk gas yang beracun yang larut oleh air, baik dalam alam maupun tubuh manusia, umumnya dalam wujud klorida. Kadar klorida dalam tubuh sekitar 0,15% dari berat total tubuh. Kurang dari 15% dari total klorida dalam tubuh berada di dalam sel dengan konsentrasi terbesar ada pada sel darah merah (Yadial, 2011).
Senyawa klorida umum digunakan dalam pengolahan limbah, produksi air minum maupun sebagai katalis, baik di industri maupun di laboratorium. Bila dilarutkan dalam air, Besi (III) klorida mengalami hidrolisis yang merupakan reaksi eksotermis (menghasilkan panas). Hidrolisis ini menghasilkan larutan yang coklat, asam, dan korosif, yang digunakan sebagai koagulan pada pengolahan limbah dan produksi air minum. Anhidrat dari besi (III) klorida adalah asam Lewis yang cukup kuat dan digunakan sebagai katalis dalam sintesis organik (Harjadi, 1989).
Garam klorida umumnya larut dalam air, oleh karena itu klorida biasanya hanya ditemui di kawasan beriklim kering, atau bawah tanah. Klorida biasanya dihasilkan melalui elektrolisis Natrium klorida yang terlarut dalam air. Bersama dengan klorin, proses kloral kali ini menghasilkan gas Hidrogen dan Natrium hidroksida. Klor berasal dari gas Cl2, NaOCl, Ca(OCl)2 atau larutan kaporit atau larutan HOCl (asam hipoklorit). Dalam konsentrasi yang wajar, klorida tidak akan membahayakan bagi manusia. Rasa asin terhadap air merupakan pengaruh dari klorida dalam jumlah konsentrasi sebesar 250 mg/L. Oleh karena itu, penggunaan klorida dibatasi untuk kebutuhan manusia (Alaerts, 1998).


BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1  Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu  tabung reaksi, pipet tetes, dan rak tabung reaksi.
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu NaCl 0,1 M, AgNO3 0,1 M, NH3 6 M, HNO3 6 M, CuS04 0,1 M, NaOCl 5%, NaOH 6 M, KLO 6 M, KBr 0,1 M, Heksana dan HCl pekat.
3.2  Konstanta Fisik
Tabel 3.1 Konstanta Fisik dan Tinjauan Keamanan
No
Bahan
Berat Molekul
(g/ mol)
Titik Didih
(oC)
Titik Leleh
(oC)
Tinjauan Keamanan
1
NaCl
85,5
1465
800
Aman
2
AgNO3
170
444
209
Beracun
3
NH3
17
-33
-78
Beracun
4
HNO3
63
86
-47
Beracun
5
CuS04
249,9
150
110
Iritasi
6
NaOCl
74,5
40
-
Iritasi
7
NaOH
40
1390
322
Korosif
8
KLO
49,9
-
560
Iritasi
9
KBr
119
1435
730
Iritasi
10
Heksana
86,18
68
-95
Korosif
11
HCl pekat
36
-85
-112
Korosif

3.3  Skema Kerja
3.3.1  Ion Klorida
a.       Kelarutan dan kestabilan garam klorida
Dimasukkan 1 mL NaCl 0,1 M ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan mL AgNO3 0,1 M. Diaduk hingga larutan merata dan ditambahkan sejumlah volume yang sama NH3 6 M. Diaduk campuran agar endapan yang terbentuk larut kembali kemudian ditambahkan HNO3 6 M sedikit lebih dan diaduk. Diamati  reaski yang terjadi.

b.   Kompleks logam transisi dengan Cl-
Dimasukkan 2 mL CuSO4 0,1 M ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan 2 mL HCl pekat kemudian diencerkan campuran dengan 5 mL aquades. Diamati perubahan warna yang terjadi. Ke dalam 1 mL AgNO3 0,1 M ditambahkan 3 mL HCl pekat dan diaduk beberapa menit agar endapan larut kembali. Diencerkan larutan dengan 5 mL aquades dan dicatat perubahan yang terjadi.
3.3.2  Ion ClO-       
a.    Reaksi Lakmus
Diteteskan larutan NaOCl 5% pada kertas lakmus merah dan biru, diamati perubahan warna yang terjadi.
b.   Reaksi dengan AgNO3
Ke dalam 3 mL larutan NaOCl ditambahkan 1 mL AgNO3 0,1 M. Diamati endapan yang  terbentuk kemudian ditambahkan HNO3 0,1 M. Diamati perubahan yang terjadi.
c.    Daya oksidasi
Dicampurkan 2 mL KI dan 1 mL helsana dalam tabung reaksi (dikerjakan dalam ruang asam), kemudian ditambahkan beberapa tetes larutan NaOCl 5% sambil diaduk. Dicatat perubahan yang terjadi pada lapisan heksana. Dihindarkan kelebihan NaOCl karena dapat menghilangkan warna I2 yang terbentuk dan produk awal akan teroksidasi menjadi ClO3- yang tidak berwarna.
Diulangi percobaan diatas, digunakan 2 mL KBr 0,1 M sebagai pengganti KI. Diamati perubahan warna yang terjadi pada lapisan heksana. Diasamkan larutan uji dngan HCl 6 M, diaduk dan dicatat perubahan warna yang terjadi pada lapisan heksana. Dibandingkan daya oksidasi ClO- terhadap larutan KI, KBr serta larutan yang telah diasamkan.


BAB IV
DATA HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1    Data Hasil Pengamatan
Tabel 4.1.1 Data hasil pengamatan Ion Cl-
No.
Reaksi
Pengamatan
1.





Kelarutan dan kestabilan garam klorida

- NaCl + AgNO3                                        à
- NaCl + AgNO3 + NH3                  à
- NaCl + AgNO3 + NH3  + HNO3   à




Endapan putih
Endapan hilang
Terbentuk endapan putih kembali
2.




Kompleks logam transisi dengan ion Cl-

- CuSO4 + HCl                                à

- CuSO4 + HCl + H2O                     à
- AgNO3 + HCl                                à
- AgNO3 + HCl + H2O                    à


Terbentuk 2 lapisan (Atas berwarna kuning, bawah berwarna biru)
Biru berflourensi
Putih susu dan terbentuk endapan
Endapan hilang

Tabel 4.1.2 Data hasil pengamatan Ion ClO-
No.
Reaksi
Pengamatan
1.





Lakmus

- NaClO + Lakmus merah                à
- NaClO + Lakmus biru                   à


Warna lakmus menjadi biru
Warna lakmus menjadi biru
2.




Reaksi dengan AgNO3

- NaClO + AgNO3                                    à
- NaClO + AgNO3 + HNO3                à
- NaOH + AgNO3                                     à
- NaOH + AgNO3 + HNO3                 à


Putih susu dan terbentuk endapan
Bening dan terbentuk endapan
Coklat pekat dan terbentuk endapan
Coklat muda
3.




c. Daya oksidasi ion ClO-

- KI + C6H14 + NaClO                     à

- KBr + C6H14 + NaClO                  à
- KI + C6H14 + HCl                          à
- KBr + C6H14 + HCl                       à


Terbentuk 2 lapisan (Atas berwarna violet, Bawah berwarna kuning)
Kuning kehijauan
Bening
Bening

2.2 Pembahasan
Klor (Cl) adalah unsur kimia yang memiliki nomor atom 17 dan terletak pada golongan VII A atau golongan Halogen. Cl cenderung untuk membentuk anion sebab Cl memiliki satu elektron terluar sebagai elektron valensi. Anionnya adalah Cl-. Dalam bentuk ion klorida elektron senyawa ini membentuk garam dan senyawa lain yang tersedia kelimpahannya di alam. Dalam bentuk gas klorin berwarna kuning kehijauan dan sangat beracun. Dalam bentuk cair atau padat klorin dapat digunakan sebagai oksidan, pemutih, atau disinfektan.
Ion klorida mampu membentuk ikatan dengan ion Pb2+, Ag2+, dan Hg2+ yang berperan sebagai ligan dalam pembetukan kompleks. Sampel yang digunakan pada percobaan ini adalah larutan NaOCl, NaCl, dan HCl. Lalu diamati pengaruhnya berdasarkan analisa kualitatif. Percobaan pertama yaitu uji klor dengan melihat kelarutan dan stabilitas garam klorida. NaCl direaksikan dengan AgNO­3 membentuk endapan AgCl dengan reaksi:
NaCl (aq) + AgNO3 (aq) " AgCl (s) + NaNO3 (aq)
Penambahan NH3 yang bersifat basa memperbesar kelarutan dari AgCl sehingga sebagian endapan AgCl larut dalam NH3. Reaksinya sebagai berikut:
AgCl(s) +NH3(aq) " [Ag(NH3)2]+(aq) + Cl-(aq)
Pencampuran AgCl dan NH3 membentuk [Ag(NH3)2]+ atau Diamin argentat. Kemudian dari tahap ini ditambahkan ammonia dan HNO3 menyebabkan larutan membentuk endapan kembali. Hal ini terjadi kesetimbangan pada penambahan HNO3 dimana AgCl dihasilkan kembali. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa garam klorida merupakan garam dengan kelarutan yang tidak stabil.
Uji kedua pada ion Cl- adalah terhadap pembentukan ion kompleks dengan mereaksikan ion Cl- dengan logam transisi, Cu dan Ag. Untuk mereaksikan Cl- dengan logam transisi, asam klorida masing-masing direaksikan dengan CuSO4 dengan AgNO3. Pencampuran CuSO dan HCl menghasilkan dua lapisan yaitu kuning dan biru. Adanya perubahan warna menandakan terjadinya reaksi kimia. Campuran CuSO4 dan HCl kemudian ditambahkan H2O. Tujuan ditambahkannya H2O adalah untuk terbentuknya kompleks dengan ligan hidrat. Hal ini dapat diamati secara visual karena terbentuknya perubahan warna menjadi biru berflourensi. Sedangkan pencampuran AgNO3 dan HCl menghasilkan endapan dan warna larutan putih susu. Kemudian penambahan H2O pada campuran AgNO3 dan HCl menghasilkan endapan berwarna kuning, menandakan terbentuknya senyawa kompleks oleh penambahan ligan hidrat.
Percobaan selanjutnya adalah identifikasi ion ClO- yang mencakup uji lakmus, uji reaksi dengan AgNO3, dan uji daya oksidasi ion ClO. Uji lakmus bertujuan untuk menentukan keasaman ion ClO yang diperoleh dari sampel pemutih, NaClO. Hasil dari uji ini adalah ion ClO- yang bersifat basa karena ketika diteteskan pada lakmus merah terjadi perubahan warna menjadi biru yang mengindikasikan sifat basa. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa NaClO bersifat basa.
Uji selanjutnya adalah identifikasi ion ClO- dengan pereaksi AgNO3 menghasilkan larutan putih susu dengan endapan. Penambahan HNO3 pada campuran AgNO3 dan NaClO menghasilkan larutan yang kembali bening dan endapan. Sedangkan pencampuran AgNO3 dan NaOH menghasilkan larutan coklat pekat dan endapan. Penambahan HNO3 pada campuran AgNO3 dan NaOH mengurangi kepekatan warna coklat dan endapan. Saat NaClO direaksikan dengan AgNO3 akan menghasilkan AgClO dan NaNO3 yang keduanya mengendap. Reaksi tersebut menghasilkan suatu zat pemutih baru sehingga larutan berwarna putih, sedangkan reaksi perak nitrat dan NaOH berwarna coklat menandakan tidak terbentuknya zat pemutih lainnya.
Uji terakhir yang dilakukan pada percobaan ini adalah daya oksidasi ion ClO- dengan mereaksikan KI dengan benzena dan NaClO menghasilkan larutan berwarna pada dua lapisan berbeda yaitu violet (lapisan atas) dan kuning (lapisan bawah). Sedangkan ion ClO- yang direaksikan dengan KBr dan Benzena menhasilkan warna kuning. Sedangkan masing-masing KI dan KBr yang dicampurkan dengan benzena kemudian direaksikan dengan HCl menghasilkan larutan berwarna kuning pucat dan bening. Perubahan warna pada campuran KI lebih cepat dibandingkan KBr, menandakan KI lebih mudah untuk dioksidasi. Sedangkan perbandingan NaClO dan HCl menunjukkan bahwa ion ClO- merupakan oksidator yang lebih kuat dibandingkan Cl- dikarenakan reaksi yang lebih cepat berlangsung.


BAB V
PENUTUP
5.1  Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil percobaan ini adalah sebagai berikut:
1.         Garam klorida (AgCl) umumya memiliki kelarutan yang tidak stabil.
2.         Garam klorida (CuCl2 dan AgCl) mampu membentuk kompleks dengan ligan hidrat.
3.         Ion ClO- cenderung bersifat basa.
4.         Reaksi NaClO dan AgNO3 mampu membentuk zat pemutih baru.
5.         ClO­- memiliki daya oksidasi yang lebih kuat dibandingkan ion Cl-.
5.2  Saran
            Sebaiknya bahan pada percobaan ini dijaga dari kontaminasi sehingga hasil yang didapat akan lebih akurat dan sesuai dengan teori.


DAFTAR KEPUSTAKAAN
Alaerts, G dan Sumetri, S. (1987). Metode Penelitian Air. Usaha Nasional. Surabaya.
Harjadi, W. 1989. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Erlangga. Jakarta.
Rohman. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Yadial C, Sri. 2011. Penuntun Praktikum Kimia Anorganik. UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta.


REAKSI OKSIDASI DAN ELIMINASI ALKOHOL

ABSTRAK Telah dilakukan percobaan dengan judul reaksi oksidasi dan eliminasi alkohol yang bertujuan untuk menentukan sifat-sifat...