ABSTRAK
Telah dilakukan percobaan dengan judul “Sifat Kimia
Senyawa Klor” yang bertujuan untuk mengetahui kelarutan dan stabilitas klorida,
mengetahui pembentukan kompleks logam transisi dengan ion klorida serta
mengetahui daya oksidasi ion ClO-. Prinsip percobaan yaitu analisa
kualitatif dengan melihat ada atau tidaknya reaksi berupa perubahan warna dan
terbentuknya endapan. Hasil yang diperoleh yaitu uji kelarutan dan stabilitas
garam klorida terbentuk endapan putih keruh, uji kompleks logam transisi dengan
ion Cl- terjadi perubahan warna dan terbentuk endapan, uji lakmus
mengakibatkan perubahan warna lakmus merah menjadi biru dan lakmus biru tetap
berwarna biru, reaksi dengan AgNO3 terbentuk endapan putih dan uji
daya oksidasi ion ClO- terbentuk endapan coklat. Kesimpulan yang
diperoleh yaitu Cl- dan NaOCl positif bersifat basa dan OCl-
bersifat oksidator lebih kuat daripada Cl-.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Limbah
yang terkandung klorin dapat berupa padatan, cairan, maupun gas. Limbah ini
dapat mencemari lingkungan apabila tidak diolah. Klorin bersifat sangat reaktif
sehingga menyebabkan mudah bereaksi dengan senyawa lain mengahsilkan senyawa
baru seperti organoklorin. Penggunaan klorin dapat digantikan dengan alternatif
lain dalam industri-industri seperti pada pengolahan air minum yaitu klorinasi
air digantikan dengan ozonisasi proses membran ultraviolet.
Pemanfaatan
bahan kimia untuk kegiatan pertanian seperti penggunaan pestisida dapat
mengakibatkan pencemaran klor. Kandungan klor dalam jumlah layak dibutuhkan
sebagai desinfektan akan tetapi apabila diketahui dalam jumlah yang besar akan
menyebabkan racun bagi tubuh. Apabila kandungan klor terdapat dalam air minum
akan membahayakan kesehatan. Salah satu cara menghilangkan klor dari air minum
yaitu menggunakan resin penukar anion.
Klor
dapat diperoleh melalui elektrilisis air laut dengan menggunakan anoda air
raksa. Klor oksida reaktif dan sangat tidak stabil sehingga cenderung meledak.
Oksida klor merupakan pengoksidasi yang kuat dan digunakan secara komersial
untuk memutihkan gugus kayu dan sebgainya. Percobaan ini penting dilakukan
untuk mengetahui sifat-sifat klor yang seperti kelarutan, stabilitas,
pembentukan kompleks dan daya oksidasi ion ClO-.
1.2 Tujuan Percobaan
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui
kelarutan dan stabilitas klorida, mengetahui pembentukan kompleks logam
transisi dengan ion klorida serta mengetahui daya oksidasi ion ClO-.
BAB
II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
Klorida adalah
ion yang terbentuk sewaktu unsur klor mendapatkan satu elektron untuk membentuk
suatu anion (ion bermuatan negatif) Cl-. Garam dari asam klorida
(HCl) mengandung ion klorida, contohnya adalah garam dapur, yang disebut
Natrium klorida dengan rumus kimia NaCl. Senyawa klorida didalam air terpecah
menjadi ion Na+ dan Cl-. Klorida dalam senyawa kimia
memiliki satu atau lebih atom klornya memiliki ikatan kovalen dalam molekul,
ini berarti klorida dapat berupa senyawa anorganik maupun organik. Contoh
paling sederhana dari suatu klorida anorganik adalah asam klorida (HCl), sedangkan
contoh sederhana senyawa organik (suatu atau organoklorida) adalah klorometana
(CH3Cl), sering disebut metil klorida. Klorida adalah
ion dari unsur klor yang bermuatan negatif yang mudah berikatan dengan unsur
lain. Klorida mudah diserap di usus kecil dan disingkirkan juga dengan mudah
oleh organ ginjal.
Apabila kondisi memerlukan klorida, ginjal dapat menyimpannya guna menjaga
keseimbangan dan regulasi kadar keasaman tubuh. Klorida bersama potasium juga
ditemukan dalam sistem pernafasan manusia. Berkeringat berlebihan yang bisa
membuang potasium tubuh juga ternyata mengurangi kadar klorida secara
signifikan. Hal ini bisa menyebabkan terjadinya defisiensi potasium dan klorida
secara berbarengan. Klorida paling mudah ditemukan dalam bentuk garam yang kita
konsumsi dari makanan ataupun tambahan garam waktu kita mengolah makanan. Garam
dapur dan garam meja keduanya memiliki kandungan klorida yang sangat tinggi,
sekitar 6 kali lebih besar dari kebutuhan minimal klorida manusia sudah
dicukupi oleh keberadaan garam dalam pola makan normal sehari-hari (Rohman, 2007).
Klorin adalah
bahan kimia yang penting untuk beberapa proses penurunan air, penjangkitan dan
dalam pelunturan. Klorin merupakan salah satu zat desinfektan yang sering
digunakan dalam pengolahan air minum. Zat kimia lain yang dapat digunakan
sebagai desinfektan adalah ozon (O3), klordioksidan, dan sebagainya.
Dua faktor penting yang mempengaruhi proses desinfektan adalah waktu reaksi dan
konsentrasi zat desinfektan. Klorin hanya memberikan efek pada konsentrasi
tinggi. Kenyataannya, zat tersebut dibutuhkan karena alasan ini (Harjadi, 1989).
Unsur-unsur
halogen dapat diidentifikasi melalui warna dan sifatnya. Misalnya Cl, berupa
gas warna kuning kehijauan pada suhu kamar, nonpolar, kelarutan dalam air kecil
dan larut dalam pelarut nonpolar seperti heksana. Semua halogen dapat
mengoksidasi air menjadi gas O2 dan bukan merupakan oksidator kuat.
Larutan halogen tidak stabil karena cendrung mengalami autooksidasi dan autoreduksi,
proses ini disebut dengan disproporsinasi:
Cl2(aq) + H2O(l)
→ Cl-(aq) + HCl(aq) + H+(aq)
Pemutih klorin (bleaching agent) mengandung larutan
hipoklorit (NaClO). Ion ClO merupakan suatu oksidator, daya oksidasinya sama dengan
klorin namun ion ClO berbeda dengan Cl- sebab asam hipoklorit. HClO
adalah asam lemah dan ion ClO adalah basa yang cukup kuat sedangkan Cl-
mempunyai sifat netral dan merupakan basa konjugat dari HCl kuat. Ion klorida
membentuk endapan dengan ion-ion Ag+, Pb2+ dan Hg2+,
berperan sebagai ligan dalam pembentukan kompleks yang diamati melalui
perubahan warna dan melarutnya endapan atau padatan Klorin secara alami
berbentuk gas yang beracun yang larut oleh air, baik dalam alam maupun tubuh
manusia, umumnya dalam wujud klorida. Kadar klorida dalam tubuh sekitar 0,15%
dari berat total tubuh. Kurang dari 15% dari total klorida dalam tubuh berada
di dalam sel dengan konsentrasi terbesar ada pada sel darah merah (Yadial, 2011).
Senyawa klorida
umum digunakan dalam pengolahan limbah, produksi air minum maupun sebagai
katalis, baik di industri maupun di laboratorium. Bila dilarutkan dalam air, Besi
(III) klorida mengalami hidrolisis yang merupakan reaksi eksotermis
(menghasilkan panas). Hidrolisis ini menghasilkan larutan yang coklat, asam,
dan korosif, yang digunakan sebagai koagulan pada pengolahan limbah dan
produksi air minum. Anhidrat dari besi (III) klorida adalah asam Lewis yang
cukup kuat dan digunakan sebagai katalis dalam sintesis organik (Harjadi,
1989).
Garam
klorida umumnya larut dalam air, oleh karena itu klorida biasanya hanya ditemui
di kawasan beriklim kering, atau bawah tanah. Klorida biasanya dihasilkan
melalui elektrolisis Natrium klorida yang terlarut dalam air. Bersama dengan
klorin, proses kloral kali ini menghasilkan gas Hidrogen dan Natrium
hidroksida. Klor berasal dari gas Cl2, NaOCl, Ca(OCl)2
atau larutan kaporit atau larutan HOCl (asam hipoklorit). Dalam konsentrasi
yang wajar, klorida tidak akan membahayakan bagi manusia. Rasa asin terhadap
air merupakan pengaruh dari klorida dalam jumlah konsentrasi sebesar 250 mg/L.
Oleh karena itu, penggunaan klorida dibatasi untuk kebutuhan manusia (Alaerts,
1998).
BAB
III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
Alat-alat yang
digunakan dalam percobaan ini yaitu
tabung reaksi, pipet tetes, dan rak tabung reaksi.
Bahan-bahan yang digunakan dalam
percobaan ini yaitu NaCl 0,1 M, AgNO3 0,1 M, NH3 6 M, HNO3
6 M, CuS04 0,1 M, NaOCl 5%, NaOH 6 M, KLO 6 M, KBr 0,1 M, Heksana
dan HCl pekat.
3.2 Konstanta Fisik
Tabel
3.1 Konstanta Fisik dan Tinjauan Keamanan
No
|
Bahan
|
Berat Molekul
(g/ mol)
|
Titik Didih
(oC)
|
Titik Leleh
(oC)
|
Tinjauan
Keamanan
|
|||
1
|
NaCl
|
85,5
|
1465
|
800
|
Aman
|
|||
2
|
AgNO3
|
170
|
444
|
209
|
Beracun
|
|||
3
|
NH3
|
17
|
-33
|
-78
|
Beracun
|
|||
4
|
HNO3
|
63
|
86
|
-47
|
Beracun
|
|||
5
|
CuS04
|
249,9
|
150
|
110
|
Iritasi
|
|||
6
|
NaOCl
|
74,5
|
40
|
-
|
Iritasi
|
|||
7
|
NaOH
|
40
|
1390
|
322
|
Korosif
|
|||
8
|
KLO
|
49,9
|
-
|
560
|
Iritasi
|
|||
9
|
KBr
|
119
|
1435
|
730
|
Iritasi
|
|||
10
|
Heksana
|
86,18
|
68
|
-95
|
Korosif
|
|||
11
|
HCl pekat
|
36
|
-85
|
-112
|
Korosif
|
|||
3.3 Skema Kerja
3.3.1
Ion Klorida
a. Kelarutan
dan kestabilan garam klorida
Dimasukkan 1 mL
NaCl 0,1 M ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan mL AgNO3 0,1 M.
Diaduk hingga larutan merata dan ditambahkan sejumlah volume yang sama NH3
6 M. Diaduk campuran agar endapan yang terbentuk larut kembali kemudian
ditambahkan HNO3 6 M sedikit lebih dan diaduk. Diamati reaski yang terjadi.
b. Kompleks
logam transisi dengan Cl-
Dimasukkan 2 mL CuSO4
0,1 M ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan 2 mL HCl pekat kemudian diencerkan
campuran dengan 5 mL aquades. Diamati perubahan warna yang terjadi. Ke dalam 1
mL AgNO3 0,1 M ditambahkan 3 mL HCl pekat dan diaduk beberapa menit
agar endapan larut kembali. Diencerkan larutan dengan 5 mL aquades dan dicatat
perubahan yang terjadi.
3.3.2 Ion ClO-
a. Reaksi
Lakmus
Diteteskan
larutan NaOCl 5% pada kertas lakmus merah dan biru, diamati perubahan warna
yang terjadi.
b. Reaksi
dengan AgNO3
Ke
dalam 3 mL larutan NaOCl ditambahkan 1 mL AgNO3 0,1 M. Diamati
endapan yang terbentuk kemudian
ditambahkan HNO3 0,1 M. Diamati perubahan yang terjadi.
c. Daya
oksidasi
Dicampurkan 2 mL
KI dan 1 mL helsana dalam tabung reaksi (dikerjakan dalam ruang asam), kemudian
ditambahkan beberapa tetes larutan NaOCl 5% sambil diaduk. Dicatat perubahan
yang terjadi pada lapisan heksana. Dihindarkan kelebihan NaOCl karena dapat
menghilangkan warna I2 yang terbentuk dan produk awal akan
teroksidasi menjadi ClO3- yang tidak berwarna.
Diulangi
percobaan diatas, digunakan 2 mL KBr 0,1 M sebagai pengganti KI. Diamati
perubahan warna yang terjadi pada lapisan heksana. Diasamkan larutan uji dngan
HCl 6 M, diaduk dan dicatat perubahan warna yang terjadi pada lapisan heksana.
Dibandingkan daya oksidasi ClO- terhadap larutan KI, KBr serta
larutan yang telah diasamkan.
BAB IV
DATA HASIL PENGAMATAN
DAN PEMBAHASAN
4.1 Data
Hasil Pengamatan
Tabel 4.1.1 Data hasil pengamatan Ion Cl-
No.
|
Reaksi
|
Pengamatan
|
1.
|
Kelarutan
dan kestabilan garam klorida
- NaCl + AgNO3
à
- NaCl + AgNO3
+ NH3 à
- NaCl + AgNO3
+ NH3 + HNO3 à
|
Endapan putih
Endapan hilang
Terbentuk endapan putih kembali
|
2.
|
Kompleks logam transisi dengan ion Cl-
- CuSO4
+ HCl à
- CuSO4
+ HCl + H2O à
- AgNO3
+ HCl à
- AgNO3
+ HCl + H2O à
|
Terbentuk 2 lapisan (Atas berwarna
kuning, bawah berwarna biru)
Biru berflourensi
Putih susu dan terbentuk endapan
Endapan hilang
|
Tabel 4.1.2 Data hasil pengamatan Ion
ClO-
No.
|
Reaksi
|
Pengamatan
|
1.
|
Lakmus
- NaClO +
Lakmus merah à
- NaClO +
Lakmus biru à
|
Warna lakmus menjadi biru
Warna lakmus menjadi biru
|
2.
|
Reaksi dengan AgNO3
- NaClO + AgNO3 à
- NaClO + AgNO3
+ HNO3 à
- NaOH + AgNO3 à
- NaOH + AgNO3
+ HNO3 à
|
Putih susu dan terbentuk endapan
Bening dan terbentuk endapan
Coklat pekat dan terbentuk endapan
Coklat muda
|
3.
|
c. Daya oksidasi ion ClO-
- KI + C6H14
+ NaClO à
- KBr + C6H14
+ NaClO à
- KI + C6H14
+ HCl à
- KBr + C6H14
+ HCl à
|
Terbentuk 2 lapisan (Atas berwarna
violet, Bawah berwarna kuning)
Kuning kehijauan
Bening
Bening
|
2.2 Pembahasan
Klor (Cl) adalah unsur
kimia yang memiliki nomor atom 17 dan terletak pada golongan VII A atau
golongan Halogen. Cl cenderung untuk membentuk anion sebab Cl memiliki satu
elektron terluar sebagai elektron valensi. Anionnya adalah Cl-.
Dalam bentuk ion klorida elektron senyawa ini membentuk garam dan senyawa lain
yang tersedia kelimpahannya di alam. Dalam bentuk gas klorin berwarna kuning
kehijauan dan sangat beracun. Dalam bentuk cair atau padat klorin dapat
digunakan sebagai oksidan, pemutih, atau disinfektan.
Ion klorida mampu membentuk ikatan dengan ion Pb2+,
Ag2+, dan Hg2+ yang berperan sebagai ligan dalam pembetukan
kompleks. Sampel yang digunakan pada percobaan ini adalah larutan NaOCl, NaCl,
dan HCl. Lalu diamati pengaruhnya berdasarkan analisa kualitatif. Percobaan
pertama yaitu uji klor dengan melihat kelarutan dan stabilitas garam klorida.
NaCl direaksikan dengan AgNO3 membentuk endapan AgCl dengan reaksi:
NaCl (aq) + AgNO3 (aq) " AgCl (s)
+ NaNO3 (aq)
Penambahan NH3 yang bersifat basa memperbesar kelarutan dari
AgCl sehingga sebagian endapan AgCl larut dalam NH3. Reaksinya
sebagai berikut:
AgCl(s) +NH3(aq) " [Ag(NH3)2]+(aq)
+ Cl-(aq)
Pencampuran AgCl dan NH3 membentuk [Ag(NH3)2]+
atau Diamin argentat. Kemudian dari tahap ini ditambahkan ammonia dan HNO3
menyebabkan larutan membentuk endapan kembali. Hal ini terjadi kesetimbangan
pada penambahan HNO3 dimana AgCl dihasilkan kembali. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa garam klorida merupakan garam dengan kelarutan yang
tidak stabil.
Uji kedua pada ion Cl- adalah terhadap
pembentukan ion kompleks dengan mereaksikan ion Cl- dengan logam
transisi, Cu dan Ag. Untuk mereaksikan Cl- dengan logam transisi,
asam klorida masing-masing direaksikan dengan CuSO4 dengan AgNO3.
Pencampuran CuSO4 dan HCl menghasilkan dua lapisan yaitu kuning dan
biru. Adanya perubahan warna menandakan terjadinya reaksi kimia. Campuran CuSO4
dan HCl kemudian ditambahkan H2O. Tujuan ditambahkannya H2O
adalah untuk terbentuknya kompleks dengan ligan hidrat. Hal ini dapat diamati
secara visual karena terbentuknya perubahan warna menjadi biru berflourensi.
Sedangkan pencampuran AgNO3 dan HCl menghasilkan endapan dan warna
larutan putih susu. Kemudian penambahan H2O pada campuran AgNO3
dan HCl menghasilkan endapan berwarna kuning, menandakan terbentuknya senyawa
kompleks oleh penambahan ligan hidrat.
Percobaan selanjutnya adalah identifikasi ion ClO-
yang mencakup uji lakmus, uji reaksi dengan AgNO3, dan uji daya
oksidasi ion ClO‑. Uji lakmus bertujuan untuk menentukan keasaman
ion ClO‑ yang diperoleh dari sampel pemutih, NaClO. Hasil dari uji
ini adalah ion ClO- yang bersifat basa karena ketika diteteskan pada
lakmus merah terjadi perubahan warna menjadi biru yang mengindikasikan sifat
basa. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa NaClO‑
bersifat basa.
Uji selanjutnya adalah identifikasi ion ClO-
dengan pereaksi AgNO3 menghasilkan larutan putih susu dengan
endapan. Penambahan HNO3 pada campuran AgNO3 dan NaClO
menghasilkan larutan yang kembali bening dan endapan. Sedangkan
pencampuran AgNO3 dan NaOH menghasilkan larutan coklat pekat dan
endapan. Penambahan HNO3 pada campuran AgNO3 dan NaOH
mengurangi kepekatan warna coklat dan endapan. Saat NaClO direaksikan dengan
AgNO3 akan menghasilkan AgClO dan NaNO3 yang keduanya
mengendap. Reaksi tersebut menghasilkan suatu zat pemutih baru sehingga larutan
berwarna putih, sedangkan reaksi perak nitrat dan NaOH berwarna coklat
menandakan tidak terbentuknya zat pemutih lainnya.
Uji terakhir yang dilakukan pada percobaan ini
adalah daya oksidasi ion ClO- dengan mereaksikan KI dengan benzena
dan NaClO menghasilkan larutan berwarna pada dua lapisan berbeda yaitu violet
(lapisan atas) dan kuning (lapisan bawah). Sedangkan ion ClO- yang
direaksikan dengan KBr dan Benzena menhasilkan warna kuning. Sedangkan
masing-masing KI dan KBr yang dicampurkan dengan benzena kemudian direaksikan
dengan HCl menghasilkan larutan berwarna kuning pucat dan bening. Perubahan
warna pada campuran KI lebih cepat dibandingkan KBr, menandakan KI lebih mudah
untuk dioksidasi. Sedangkan perbandingan NaClO dan HCl menunjukkan bahwa ion
ClO- merupakan oksidator yang lebih kuat dibandingkan Cl-
dikarenakan reaksi yang lebih cepat berlangsung.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil percobaan ini adalah sebagai
berikut:
1.
Garam klorida (AgCl) umumya memiliki kelarutan yang
tidak stabil.
2.
Garam klorida (CuCl2 dan AgCl) mampu
membentuk kompleks dengan ligan hidrat.
3.
Ion ClO- cenderung bersifat basa.
4.
Reaksi NaClO dan AgNO3 mampu membentuk
zat pemutih baru.
5.
ClO- memiliki daya oksidasi yang lebih
kuat dibandingkan ion Cl-.
5.2 Saran
Sebaiknya
bahan pada percobaan ini dijaga dari kontaminasi sehingga hasil yang didapat
akan lebih akurat dan sesuai dengan teori.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Alaerts, G dan Sumetri, S. (1987).
Metode Penelitian Air. Usaha Nasional. Surabaya.
Harjadi, W. 1989. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Erlangga.
Jakarta.
Rohman. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Yadial C, Sri. 2011. Penuntun Praktikum Kimia Anorganik. UIN
Syarif Hidayatullah. Jakarta.